Mengalir sajalah…

Latest

Kamu Istimewa

Kamu istimewa

Dengan sederhanamu

Kamu istimewa

Dengan diammu

Lakumu buatmu langka

Alampun ikut tertawa

Melihatmu begitu bahagia

Semua hal kecilmu

Istimewa bagiku

Sampai aku tak rela

Melewatkan satu gerakmu sekalipun

Bahkan bau khasmu itu

Denganmu

Aku seperti di atas air

Air itu tenang

Dan aku tak bisa merasakan kedalamannya

Karena ketenangan itu mengalahkan segala

Kamu cukup seperti itu saja

Aku sudah bahagia dengan tanya

Bicara Umur

Umur hanya perkara waktu. Perkara juga untuk perempuan. Apalagi mereka yg menunggu untuk dipinang. Umur seperti batang rokok yang menunggu dihisap dan habis. Tak bisa dielakkan juga umur yang paling ditakuti perempuan. Umur buat dia semakin tidak percaya diri, bahkan takut akan waktu yg tak pernah henti. Umur jadi boomerang utk para perempuan. Kulit kencang akan semakin kendur. Yg cerahh akan kusam. Takut dan takut. Takut tidak laku, takut jadi perawan tua.

Seusiaku, 25 tahun. Banyak sudah perempuan yang menikah bahkan sudah punya 1 sampai 2 anak. Temanku yg belum menikah juga banyak. Tapi mengapa lingkungan seolah mendorong dan menakuti hal yang sebetulnya sangat personal. Menikah adalah pilihan ketika siap. Dan menentukan pilihan butuh proses yang kuat. Perempuan memang butuh wadah untuk bersandar. Apalagi siklus umur seperempat abad ini. Butuh tumpuan dan pembimbing. Siklus dimana kita haus akan sentuhan, bualan, bahkan masa depan membangun keluarga. Tanpa kita sadari sebetulnya itu hanya “siklus”. Semula aku merasa ada tekanan alam bawah sadar, tapi lama-lama aku mulai menikmati. Tak semua perempuan menikah akan sebebas ini. Aku lebih takut jika aku tidak melakukan apa yang aku mau selagi aku bisa. Menurutku, tujuan hidup adalah belajar. Hidup yang baik adalah sadar diri bahwa hidup ada levelnya. Level yg personal. Sudah di level mana kita. Hidup sejahtera bukan perkara kulit yg kendur, dan laku tidak laku. Hidup sejahtera ketika kita bisa terus belajar. Apapun. Perempuan akan ada dipuncak kejayaan ketika dia sadar, Perempuan tidak harus cantik tapi harus pintar. BRAIN membentuk BEHAVIOR dan mengeluarkan BEAUTY.

Gengsi

Saling mengenal tapi tak saling bertegur sapa
Punya memori yang sama tapi enggan untuk menjaga

Datang dan pergi tanpa diminta

Tak juga kau, akupun begitu

Dulu dekat sekarang ada sekat

Gengsi itu dipelihara

Yang kita sendiri tidak tau endingnya seperti apa

Mungkin ini kompetisi hidup

Menampilkan siapa yang paling unggul.

Memanusiakan manusia

Berevolusinya zaman yang serba canggih dengan banyaknya teknologi yang berkembang membuat kita manusia melakukan banyak hal dengan instan seperti membuat mie goreng “siap saji”. Kadang saya sebagai manusia jadi menggampangkan sesuatu karena teknologi sangat membantu. Akhirnya akibat dari itu semua muncul kata “malas” karena saya berpikir “mudah”.

Saya menganalogikan seperti seorang lelaki mendapatkan seorang wanita dengan mudah. Setelah itu muncul kata bosan karena lelaki itu merasa sangat mudah mendapatkannya, tidak ada lagi perjuangan yang sulit dan berharganya sesuatu dalam mempertahankannya. Karena hal yang mudah akan timbul bosan, jenuh, malas, gampang, dll.

Tetapi balik lagi bagaimana kita manusia memanfaatkan itu dengan baik. Yaitu teknologi.

Teknologi bergerak sangat cepat membuat suatu hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tetapi ada satu hal yang buat saya heran. Hebatnya teknologi terkadang tidak membuat kita menjadi kreatif. Karena saya percaya, kreatif timbul di dalam keadaan yang terbatas. Apabila kita lihat kondisi sekarang, semua sudah tidak ada batasan, apa yang kita mau sudah tersebar di dunia internet. Jika ditelaah lebih dalam lagi, ternyata memang dulu banyak orang jenius dan pintar. Karena mereka sangat menghargai sebuah perjuangan. Perjuangan dalam menggapai sesuatu. Setelah sampai dititiknya, pasti mereka akan mati-matian mempertahankannya. Sekarang semua sudah berbalik. Terkadang kondisi ini yang buat saya jadi takut.

Negara kita adalah negara yang permissive. Banyak hal yang kita terima dari luar. Bahkan terlalu permissive sampai bingung budaya kita sebenarnya seperti apa. Bahkan sampai tidak tau kita punya budaya seperti apa. Identitas kita sudah mulai kabur dengan personality kita yang terlalu permissive. Akhirnya banyak pengaruh dari luar dan secara tidak sadar membentuk kepribadian kita.

Jika kita bicara soal perempuan atau wanita Indonesia, perempuan Indonesia terkenal dengan kulitnya yang coklat karena kita berada di daerah tropis. Tapi, semua iklan media memperkenalkan produk untuk wanita dengan model yang berkulit putih. Seperti dari Korea dan Amerika yang mana itu sudah merupakan sebuah pengaruh dari luar yang membuat terkontaminasinya pemikiran kita.

Banyak wanita berlomba-lomba untuk menjadi putih seperti mereka orang Korea dan Amerika. Tidak pernah saya melihat iklan dari Indonesia yang memperlihatkan wajah wanita Indonesia dengan kulit coklat. Pasti media menampilkan wanita yang putih atau campuran dari negara lain. Miris.

Mental wanita kita jadi ingin seperti mereka. Tidak putih berarti tidak cantik. Saya juga tanpa sadar seperti itu.

Rasanya ingin sekali mengembalikan identitas kita. Mungkin mulai dari diri saya sendiri.

Hebatnya kau Musik!

Hebatnya kau Musik!
Belakangan ini banyak hal yang membuka mata saya untuk terus bersyukur. Dan lagi-lagi hal itu dari musik. Musik banyak membuka pikiran saya, membuka hidup saya, membuka kesempatan dan kepercayaan diri saya untuk terus maju dan berkembang. Banyak magis yang hebat dari musik yang buat saya tak henti-hentinya kagum. Begitu sempurna keindahan yang Tuhan berikan lewat musik. Musik punya jiwanya sendiri sampai-sampai bisa membuat yang lelah menjadi semangat, membuat yang sedih makin sedih, membuat pikiran tenang, membuat emosi tersampaikan, membuat yang sakit menjadi sembuh, membuat kita lebih dekat lagi dengan pencipta dalam berbagai acara ritual, membangun karakter masyarakat dan individu, dan masih banyak lagi. Musik bukan lagi hiburan tapi musik adalah penolongku untuk hidup. Bukan dalam hal materi tp dalam hal ketenangan jiwa.
Terkadang masih banyak yang meremehkan bidang yang saya geluti dan cintai saat ini. Katanya musik cuma nyanyi-nyanyi aja, cuma main-main aja, untuk realistis ga bisa hidup jika hanya mengandalkan musik. Saya tidak terlalu bagus juga dalam hal memainkan alat musik, saya hanya suka menyanyi, dan menyanyi membuat saya senang. Segala jenis musik saya coba dengarkan. Dan banyak pengaruh yang terjadi di dalam diri saya. Setidaknya berkembangnya personality. Tapi harus hati-hati juga dalam memilah lagu mana yang patut didengar dan tidak. Karena saya percaya apa yang saya dengarkan adalah bentukan dari diri saya yang akan datang. Dalam hal apapun, tidak cuma musik.. Tapi apa yang kita tonton, apa yang kita baca, dengan siapa kita berbicara, dengan siapa kita berhubungan, baik keluarga, komunitas, masyarakat, mungkin dalam cangkupan yang lebih besar lagi.
Musik juga tidak punya batasan. Siapapun bisa menikmatinya. Anak-anak, orang dewasa dan manula. Musik juga membantu perkembangan intelektual, emosi, motorik, dan keterampilan sosial untuk anak-anak. Metode Kodaly dari Hongaria sudah terbukti sangat membantu perkembangan anak. Bahkan, disana diwajibkan anak-anak untuk belajar musik. Dimulai dengan bernyanyi. Tubuh kitapun merupakan bangunan dari musik seperti ritme degup jantung, dan banyaknya organ didalam tubuh kita yang saling bekerja sama membangun musik. Saat di janinpun telinga adalah organ yang paling pertama muncul, oleh karena itu banyak Ibu yang sedang hamil mendengarkan lagu-lagu klasik seperti Mozart guna memberikan asupan yang baik untuk bayinya di kandungan. Telinga juga merupakan organ terakhir saat kita menjelang ajal. Oleh karena itu banyak sekali pasien koma masih bisa mendengar kita bicara. Telinga adalah modal kita untuk menikmati musik yang masuk kemudian diproses melalui otak.

Menurut buku yang saya baca, setiap orang punya potensi untuk menjadi musikal. Semua tergantung dengan lingkungan, kebiasaan apa yang kita dengar dan lihat. Oleh karena itu tidak heran banyak anak berbakat yang luar biasa. Mereka dibangun lewat lingkungan dan kuping mereka yang sudah terbiasa dengan bunyi musik.

Musik adalah bahasa yang nonverbal yang mempunyai banyak arti. Saat lahir saja kita sudah mengeluarkan suara musik seperti menangis dengan teriakan yang konsisten dan diulang-ulang atau repetition. Kemudian orangtuapun dengan reflek mengeluarkan bahasa nonverbalnya agar bayi bisa mengerti. Semua orang punya potensi tinggal bagaimana cara menggalinya. Kemampuan aural merupakan unsur terpenting untuk menjadi musisi.
Musik juga membantu kita untuk lebih kreatif, membuat ide-ide baru terutama untuk melengkapi hidup. Karena saat keadaan tertekan atau terjepit, ketika itu kreatif didorong dan ide-ide baru menetas. Semua orang juga punya kreativitas, dan balik lagi bagaimana cara menggalinya.

Musik adalah seni yang melekat dengan keindahan. Oleh karena itu orang seni biasanya lebih sensitive dan sangat peka dengan sosial. Orang seni selalu ingin keindahan dan juga keselarasan.

Seni juga berasal dari budaya tradisi nenek moyang yang dititipkan untuk tetap dijaga dan dikembangkan sesuai zaman.

Budaya kita beragam, oleh karena itu seni kita sebenarnya sangat kaya.

Banyak yang bisa kita kembangkan dari budaya kita sendiri. Sayapun masih belajar.

Kembali ke Musik. Musik jg membentuk karakter manusia. Musik jg berevolusi mengikuti zaman. Oleh karena itu kita perlu hati-hati juga dalam mengkomposisi musik. Semakin cengeng musik kita, semakin cengeng juga karakter yang kita punya. Apalagi musik tersebut sudah mencangkup orang banyak. Banyak yang dengar dan pasti banyak karakter baru yang terbentuk. Musik buat saya adalah obat yang punya banyak kategori. Obat tidur, obat stress, obat sedih, obat senang, obat sembuh dan masih banyak lagi.
Semakin kita menghargai musik, semakin kita percaya bahwa Tuhan itu ada.

Jogja selalu istimewa

Akhir tahun 2015, saya dan dua teman saya sepakat untuk pergi liburan ke Jogja.. Entah ada angin apa saat itu Jogja adalah tempat yang ingin sekali saya kunjungi.. Saya dan kedua teman saya menempuh perjalanan dengan kereta api selama 8 jam.. Sesampai disana kami dijemput oleh 3 kawan kami yang tinggal di Jogja.. Energi yang baru mulai terasa di kota itu.. Karena kita tiba disana subuh pukul 4 pagi.. Hari pertama disana kami gunakan untuk istirahat di Sangkring Art Space, yang mana disana adalah galeri seni yang didalamnya juga terdapat penginapan.. Esoknya kedua teman saya tampil di Ascos dengan beberapa mahasiswa ISI jogja yang kebetulan diijinkan untuk mengisi acara disana.. 
Saya banyak bertemu dengan orang baru, banyak dengar cerita baru, melihat lingkungan baru juga atmosfir yang baru.. Kuliner disana juga bermacam-macam.. Ada sego kucing, tengkleng, sop merah, nasi jinggo, gudeg, dan masih banyak lagi.. Rasanya seminggu itu waktu yang kurang untuk menjelajah makanan disana.. Belum lg tempat wisatanya.. Saya pergi ke Wonosobo bersama 5 kawan saya untuk menaiki Gunung Dieng.. Perjalanannya sekitar 3-4 jam.. Dinginnya hampir mirip dengan Gunung Bromo.. Kami sampai disana pukul 3 pagi, dan tanpa berlama kita menaiki Gunung itu untuk menunggu sunrise.. 

Tak sabar saya potret momen yang jarang ini..

  Saat itu Gunung Dieng padat sekali karena memang high season.. Banyak yg sedang berlibur.. Disana jg ada acara-acara ritual seperti pemotongan rambut anak gimbal, setelah dipotong anak itu dikabulkan segala permintaannya.. Tapi sayangnya saat kami kesana sedang tidak ada acara ritual..

Setelah dari Dieng, kami mampir ke kawah Sikidang.. Kawah yang masih aktif sehingga kita harus menggunakan masker..

  
 

Kemudian kami pergi ke beberapa
Candi yang ada disana..

Yaitu Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Gatot, dsb.. Banyak momen jg yang kami potret disana.. 
  
Sehari disana sudah merupakan hal yang menyenangkan.. Akhirnya kami kembali pulang ke Jogja..
Keesokan harinya kami istirahat, setelah badan penuh dengan tenaga kami melanjutkan perjalanan ke Magelang.. Di Magelang kami menuju Puntuk Setumbu dimana disana saya bisa melihat sunrise lagi dan Candi Borobudur dari kejauhan yang dihiasi dengan kabut diatasnya.. Pemandangan yang indah sekali..

  
   
Sesudah itu, kami melanjutkan perjalanan untuk melihat Gereja “Pitik” dimana gereja itu terletak diatas bukit dengan arsitektural yang unik.. Perjalanan menuju kesana cukup tinggi.. 

  

Setelah dari sana kami menuju Kulon Progo.. Disana terdapat kota wisata Nglinggo.. Disana banyak kebun teh dan juga kami bisa melihat kota dari langit.. Bahkan saat saya ada diatas sana, saya seperti terbang.. Banyak yang indah disana.. Momen terekam rapi dipikiran saya saat itu..

  
Kemudian kami turun, pulang menuju Jogja lagi..

Malamnya saya dan teman saya pergi ke Alun-alun Jogja.. Melihat mobil gowes dengan lampu-lampu yang memikat.. Saat itu Jogja ramai sekali.. Kemudian kita pergi ke bukit bintang, jaraknya tidak begitu jauh dr Jogja.. Sekitar 10-12 km dari pusat Jogja.. Disana saya bisa melihat banyak cahaya dari atas kejauhan.. Sinar lampu yang saya lihat disana nampak sempurna di dalam kegelapan..

  

Selain pergi wisata, saya dan teman-teman saya mendatangi beberapa komunitas musik.. Saat itu sedang diadakan workshop tabla.. Banyak yang mereka bagikan dari acara tersebut.. Musik hindi yang masih berbau pentatonik.. Diskusi santai menjadi cukup menarik dan berkesan..

   
 Banyaknya organisasi dan komunitas seni di Jogja membuat mereka tidak kehilangan kreativitasnya.. Terutama dalam mengembangkan beberapa musik etnik..

Tiba-tiba semangat saya menjadi terpacu ketika melihat mereka yang begitu aktif menjalin relasi sesama organisasi dan mengadakan beberapa kegiatan seperti workshop, lokakarya, dsb.. Setiap organisasi seni disana jg sangat terbuka apabila kita ingin mampir atau diskusi santai sambil belajar.. 

Sehari sebelum saya pulang, saya menonton pertunjukkan wayang sekitar 3 jam.. Bukan karena durasinya yang lama, tapi karena saya tidak paham betul dengan bahasanya.. Tetapi menyanyi sinden jawa menjadi sangat menarik untuk dipelajari

  

  
Banyak yang saya dapatkan di Jogja…

Teman baru, ilmu baru, energi baru dan semangat baru..

Terimakasih Jogja.. Kamu selalu istimewa 🙂
   

Waktu

Waktu tidak mau dipercepat

Waktu juga tidak mau diam di tempat

Waktu hanya ingin dimengerti

Karna waktu terlihat seperti guru sejati

Diam dan selalu mengamati

Aku takut waktu buat aku mati berdiri

Menunggu waktu yg lalu untuk kunjung hadir lagi 

Waktu bisa buat aku terus bermimpi

Kapan aku bisa senyum lagi selagi waktu memberi

Waktu mengajarkan bagaimana aku Mampu mandiri

Belajar ilmu dan menjaga hati

Waktu akan terus seperti ini

Tanpa harus kita lari

Tanpa harus kita berhenti

Mind Brand

Sempat berpikir kita semua ini sedang berkompetisi mencari Brand masing-masing.. Sempat berpikir saya jalan terlalu lama, saya telat mengetahui sesuatu, saya telat menyadari bahwa kita semua bersaing..

Terlalu senang dengan kata cukup, terlalu nyaman dengan keadaan yang tidak akan selamanya aman..

Berani keluar dari lingkaran “nyaman” butuh kemauan, butuh paksaan, atau pengaruh orang lain.. Kadang kita ini terlalu banyak maunya.. Males memulai sesuatu dari bawah.. 
Tp saya baru sadar ada dibawah bukan berarti kita gak bisa.. Saya ambil itu sebagai fondasi.. Dan saat saya tidak tau sesuatu bukan berarti selamanya tidak akan pernah tau.. 
Sebenernya kita bisa merealisasikan apa yang kita mau.. Tanpa sadar alam merekam itu semua.. 

Budayakan jiwa kita, manusiakan tubuh kita..

Obrolan singkat

Saya mau cerita sedikit tentang hari ini..
Hari ini adalah hari ketiga saya ngurus surat tilang.. Kenapa 3 kali?

Jadi ceritanya gini, saya kena razia di kota kasablanka.. Berhubung sim C saya belum diperpanjang, kenalah saya oleh polisi lalu lintas pada hari minggu pukul 9 pagi.. Dan saya menerima surat sidang, sebagai gantinya STNK saya disita.. Sebelumnya saya pernah kena tilang juga.. Dan sidang itu selalu hari jumat.. Saya nanya ke polisinya saat itu “ini jumat ini kan Pak?” Polisi itu jawab “iyaaa jumat yaaa” datanglah saya hari jumat ke pengadilan Jaksel di jln. Ampera raya.. Saya kesana sekitar jam 1 siang.. Dgn yakinnya saya masuk ke penanganan surat tilang dan ternyataaa penuhnya bukan main.. Isinya cowo semua.. Saya masuk ke antrian itu, dimana semua mata cowo disana tertuju pada saya.. Baru pertama kali saya masuk dan mencoba untuk antri sidang, biasanya saya selalu pake calo hehehe.. Setelah itu, saya masih berusaha dan menunggu.. Tanpa sengaja saya melihat seorang ibu-ibu sedang menunggu juga.. Saya memberanikan diri untuk cari teman sesama wanita.. Dia cerita, ngantri dari jam 10 pagi saja sampe saat itupun belom selesai, apalagi saya yang baru dateng.. Bisa selesai malem.. Dan Ibu itu bilang lagi, ada sidang kedua di hari senin tapi di kejaksaan Jaksel.. Katanya lebih sepi dan lebih cepet.. Akhirnya tanpa banyak mikir saya ambil opsi hari senin.. Intermezo sedikit, hari jumat itu rencananya saya ingin nyekar ke TPU Jeruk purut.. Dimana Alm.Mamah saya dimakamkan disana, karena saya saat itu sedang tidak fokus, ditambah cuaca saat itu tidak mendukung, saya tidak kesana karena di setengah perjalanan saya baru ingat rencana awal saya.. Akhirnya munculkan niat di hari senin nanti..

Hari senin, saya dan pacar sayaa (ciyee pacar) pergi ke kejaksaan jaksel yg apabila kita cari tau letaknya ada di Kebayoran Lama.. Setelah kita sampai sanaa, ternyata disana sepi.. Ada satu orang cowok muda disana sedang sibuk dengan selang airnya.. Saya mencoba bertanya “Mas, kalo mau ngurus surat tilang disini ya?” Dia jawab “ohh kejaksaan udah pindah 3 tahun lalu ke daerah Tanjung Barat” dalam hati saya bergumam “dimana lagi tuh tanjung barat” jujur saya memang sudah lama tinggal di Jakarta tapi sayangnya menghapalkan jalan Jakarta masih sangat sulit.. Akhirnya dia menjelaskan jalan ke pacar saya, yang mana dia orang Malang dan baru beberapa bulan di Jakarta.. Kebetulan dia lumayan tau.. Akhirnyaaa kita melanjutkan perjalanan ke Tanjung Barat.. Ternyata itu jauuuh sekali.. Untungnya hari itu jalanan tidak macet, sangat mendukung mood kita saat itu.. Sampai di Rancho Kejaksaan Jaksel, pacar saya ngantri dan memberikan surat tilang di loket.. Kita menunggu beberapa lama, mungkin skitar 30 menit.. Dipanggillah nama saya “Tessa Prianka” langsunglah pacar saya berdiri dan berjalan mengambil STNK nya di loket.. Sempat lega sebentar, tetiba dia datang masih surat tilang yang dia pegang.. Dan dia bilang “tilangnya tgl 19, ini masih tanggal 15.. Kamu gak liat tanggalnya ya” saya cuma bisa bengong sebentar dan kesel sendiri.. Udah jauh-jauh, salah ke tempat kejaksaan, ngerepotin pacar sendiri, sidang pertama udah dateng ke jalan ampera, eh taunya saya salah tanggal.. Yang saya syukuri, pacar saya masih sabar ajaaaa nemenin dan ngertiin.. Jawaban dia sederhana “buat apa kesel, gak akan kelar juga STNK nya kalo ditambah kesel..anggap aja kita pacaran ke Kejaksaan sambil minum aqua botol sama fresh tea..” ga ada capeknya dia menghibur sayaa.. Harusnya saya yg hibur dia.. Tp dia yang berusaha terus biar saya gak bete sendiri.. Pelajarannya adaalah saya harus lebih teliti lagi.. Akhirnya kita pulang..

Sebenernya point yang mau saya ceritakan bukan itu..
Hari jumat tgl 19 yang mana tanggalnya sudah saya lihat baik-baik lagi disurat tilang, saya bangun pagi dan lekas ke Pengadilan Jaksel di jalan Ampera.. Kali ini saya sendirian, Pagi itu sekitar jam 10 sudah lumayan rame, calo dimana-mana.. Tanpa mikir pusing saya langsung pake calo.. Nunggu disana sambil minum Es cendol.. Sempet ngobrol sama Bapak-bapak disana soal surat tilang dan calo.. Gak lama STNK saya kembali.. Untungnya niat awal saya ingin nyekar masih saya ingat.. Tanpa berlama-lama saya dateng ke TPU Jeruk purut hari itu, skitar pukul 11 siang.. Sampai di TPU, saya melihat makam Alm.Mamah saya sudah dipenuhi rumput yang panjang-panjang.. Tanpa sadar air mata saya jatuh.. Tak lama saya panggil bapak-bapak yang ada disana.. Namanya Pak Mangun.. Asal Wonogiri jawa timur.. Umurnya 67 Tahun.. Badannya masih segar, kuat, dan terlihat rajin.. Sambil menunggu dia memotongin rumput, saya temani dia ngobrol.. Bapak Mangun ini sudah dari tahun 1987 hidup disana.. Menjaga ratusan makam disana.. Saya saja belum lahir, masih jd angin mungkin.. Heheehe.. Banyak yang saya dapat dari Pak Mangun.. Sosok sederhana dan ramah.. Pak Mangun punya 5 istri dengan anak 8.. Dan semua anaknya laki-laki.. Sebelum umur 20 dia sudah punya istri 2.. Niatnya cukup buat saya kaget “saya cuma mau bantu orang lain bisa hidup neng.. Alhamdulillah semuanya akur”
Saya nanya ke Pak Mangun “Bapak memang memilih untuk tinggal disini?”
Jawaban lainnya seperti ini “yaa dari sini saya sudah merasa cukup.. Toh kita kan berasal dari tanah, bumi adalah tempat kita hidup.. Ya saya cuma mau merawatnya dengan cara saya menjaga makam orang yang sudah gak ada.. Saya percaya kok Neng, selama niat saya baik bukan hanya sekedar nyari besarnya uang rejeki datengnya dari mana aja.. Alhamdulillah dari menjaga beberapa makam disini saya ditawari naik haji dan umrah oleh beberapa orang yang keluarganya saya jaga disini” Saya bengong sebentar.. Pak Mangun buat saya percaya rejeki bukan diliat dari besarnya.. Tp niat kita mencarinya utk apa, dari apa.. Pak Mangun masih suka pulang ke kampungnya selama 3 bulan sekali.. Karena beberapa anaknya ada yang membuka usaha disana bersama Istri tuanya.. Dia tinggal di Jakarta bersama Istri muda dan anak-anaknya yang masih kecil.. Dia bilang “saya jd orang berada juga pernah kok Neng, tapi klo dipikir-pikir buat apa kalo tujuannya memang uang tok? Sehat saja saya sudah bersyukur..karena saya percaya toh nanti saya jg bakalan masuk tanah lagi..”
Masih menemani Pak Mangun memotongi rumput, saya berdoa untuk Alm.Mamah saya disana.. Sebelum saya pulang, saya pamit ke Pak Mangun dan memberi dia sedikit imbalan.. Sayangnya uang saya pas sekali hari itu.. Kalo ada lebih pasti saya kasih ke Pak Mangun.. Dompetpun akhirnya kosong..

Diperjalanan saya mikir, semua yg saya dapet hari ini ada sebab akibatnya..
Bukan saya jadikan alasan, tp semacam petunjuk yang buat saya sadar..
Saya kena razia dan akhirnya lupa tanggal sidang supaya saya bisa nyekar Alm.Mamah dan bertemu dengan Pak Mangun..

Ternyata arti kata cukup itu dari diri kita sendiri.. Kita sendiri yang punya parameter, bukan dari seberapa besar materi yang kita dapet

Banyolan malam

Berjalan di keramaian
Pikiran jalan terus dan orang lalu lalang
Berpesta pora dengan duniawi
Baju bermerek, paras menawan dengan bedak yg tebal, lipstick merah mempesona..
Berlomba-lomba menjadi pusat perhatian kaum adam..
Rela membuang banyak uangnya untuk kepentingan dunianya..
Tak pula teknologi yang membuat kita semakin buta akan dunia nyata..
Miris dan takut melihat merek mahal dimana-mana.. Dari mulai baju, sepatu, tas, perhiasan, dan alat-alat kecantikan.. Para wanita berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dari yg terbaik.. Harga mahal dan kualitas terbaik.. Semua hal itu mengajakku untuk setara dengan yang lainnya.. Aku sempat takut..
Apakah aku harus seperti itu?

Merenung dan berpikir..

Diperjalanan pulang mengajar, Skitar pukul 7 malam.. Cuaca lembab karena hujan baru saja berhenti..
Jalanan saat itu macet sekali..
Motor yg saya kendarai hanya bisa maju sedikit kemudian berhenti lagi..

Karena dasarnya otak ini tidak lelahnya berpikir, timbullah pertanyaan.. “Apakah semua orang harus seperti ini?macet-macetan untuk bisa kerja dan bisa hidup?”

Aku bisa tiba-tiba berpikir.. Gaji mereka tiap bulan berapa, biaya makan mereka perhari berapa, bagaimana dengan biaya bensin yang sudah naik, belum lagi jika punya keluarga, harus menghidupi orang lain..
Mereka harus menghadapi macet setiap harinya.. Mencari uang menjadi bagian yg membuat mereka tertekan.. Pergi pagi macet, pulang malem macet.. Begitu terus setiap harinya.. Uang gaji hanya bisa untuk makan perharinya.. Jadi apabila di simpulkan mungkin seperti ini:
kerja-uang-makan-kerja-uang-makan
begitu terus..
Nabung? Nah belum yang mikirnya mau nabung untuk menikah, punya rumah pribadi, punya kendaraan pribadi.. Kebutuhan semakin banyaaak.. Hidup semakin tertekan.. Bukan hal yang bahagia lagi mencari uang untuk keluarga, anaak, istri, orang tua.. karena tertekan.. Berpengaruhlah menjadi karakter tiap-tiap orang di Jakarta.. Keras, individual, dan cuek.. Yang sebenarnya budaya kita tidak seperti itu.. Kita menjadi budak kapitalis.. Ya itu benar.. Diputar terus seperti itu..
Yang kaya menjadi semakin kaya, yang miskin menjadi semakin miskin..
Motor kredit sudah dimana-mana.. Mobilpun begitu.. Tidak heran Jakarta menjadi macet, global warming, banjir..

Miris dan takut..
Kita seperti diarahkan oleh kehidupan bukan kita yang mengarahkan kehidupan kita..
Sudah susah ingin bebas dan bisa menjadi diri sendiri..
Semua berujung dengan materi lagi materi lagii…